Rabu, 25 Maret 2015

Mukadimah Etika Jamaah



“...lalu apa yang baginda perintahkan kepadaku sekiranya aku menemui keadaan itu? Beliau bersabda, “Hendaklah kalian komit dengan Jama’tul Muslimin dan Imam mereka”. Aku bertanya, “Jika mereka tidak memiliki jama’ah dan imam?” Beliau bersabda, “Tinggalkan firqoh-firqoh itu semuanya, sekalipun kamu harus menggigit akar pohon.” (HR.Bukhori).
Dewasa ini, kita berada pada jaman dimana Islam memiliki satu jama’ah dan satu Imam sebagaimana jaman Kekholifahan Rosululloh dan para sahabat dahulu. Islam kemudian terpecah belah. Lalu bagaimana kita seharusnya dalam beragama? Jawabnya kita tetap mesti berjama’ah sebagaimana sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad.
“Aku wasiatkan kepada kalian (agar mengikuti) para sahabatku kemudian generasi berikutnya kemudian generasi berikutnya... Kalian harus berjama’ah. Waspadalah terhadap perpecahan, karena sesungguhnya setan bersama orang yang sendirian, dan ia (setan) akan lebih jauh dari dua orang. Barang siapa menginginkan bau wangi surga maka hendaklah komit dengan jama’ah”. (HR. Tirmidzi)
Jamaah yang dimaksud disini adalah sekumpulan kaum Muslimin yang berjuang memiliki agenda kerja dan tujuan yang sama. Mereka memiliki manhaj yang benar yang diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di masa sekarang, secara Internasional ada beberapa jamaah islam (jamaatul minal muslimin). Semuanya bermuara pada jamaatul muslimin. Dan sebagaimana pesan Nabi agar kita meninggalkan firqoh-firqoh yang akan memecah belah umat maka kita perlu memahami dan mengamalkan Etika Jamaah. Etika atau adab dalam konteks perseorangan maupun jamaah juga merupakan bagian dari kesempurnaan iman dan akhlaq.
Mencampakan etika dalam dakwah bagi sebuah jamaah ibarat memberi penyakit cacar/campak pada organ tubuh manusia”.
(lebih lengkap silahkan baca buku Etika Jamaah karya Nur Ahmad)