Mempercayai dan dipercaya
Yang
ini pengecualian dalam hal iman ya.. lebih jelasnya ini adalah tentang hubungan
insan dengan insan yang lainnya. Percaya adalah hal yang paling penting dalam
membina hubungan. Saya rasa semua bersepakat dengan hal ini. Untuk semua
hubungan. Bahkan dimulai dari hubungan keluarga. Jika ada anak yang tak percaya
ayahnya itu adalah ayah kandungnya, bisakah ia menjalankan perannya sebagai
anak. Begitu pula sebaliknya. Dalam bersahabat, dalam kerja sama tim semua
memerlukan kepercayaan. Karena hakikat manusia senang dipercaya, dan ia akan
lebih nyaman bergaul, bekerja sama dengan orang-orang yang mempercayainya.
Eh,sebelum
lanjut pembahasannya, mari kita simak dan cermati kisah berikut.
Dia
adalah seorang pimpinan lembaga. Awalnya ia memang tak percaya bahwa ia mampu
mengemban amanah itu. Tapi ia selalu diyakinkan bahwa dia mampu, dan luar biasa
karnanya ia belajar ekstra keras untuk melayakkan diri. Memang tidak siap dari
awal dan memang disiapkan untuk benar-benar siap. Masa-masa awal berhasil terlalui. Huhft. Tapi
percaya dirinya langsung pudar, saat staf paling muda yang baru saja ia pilih
karena rasa percaya langsung menyatakan kesangsiannya terhadap kepemimpinannya.
Apa yang harus diperbuat oleh pemimpin baru tadi ? Yup, ia sadar betul akan
kualitas dirinya, ia bertekad untuk membuktikan dia mampu dan menepis semua
keraguan staf mudanya. Tapi memang dasar rasa percaya itu teramat penting,
karena toh pada akhirnya rasa percaya staf muda tadi tak pernah kunjung datang,
bahkan bertambah parah. Ia mulai bercerita kesana kemari tentang kebobrokan si
ketua lembaganya, mengibaratkan lembaganya ibarat kapal yang hendak karam. Dengan semua itu apa yang bisa dihasilkan
oleh ketua lembaga tadi yang tanpa rasa percaya dari orang-orang yang
dipimpinnya? Meskipun dia sangat percaya pada mereka bahwa mereka akan
mempercayainya? Dan apa yang bisa dilakukan sang ketua lembaga agar ia bisa
menyelamatkan lembaganya?
Yah,
begitu dahsyatnya kekuatan rasa percaya ini, yang tadinya tak mampu jadi mampu,
dan yang tadinya mampu jadi tak mampu karena hilangnya rasa percaya itu.
Belakangan
penulis juga lagi hilang rasa percaya terhadap sekitar dan itu tak nyaman
sekali. Menangis itu jadi agenda yang tak pernah bisa terelakkan dari bagian
hidupku. Yah mungkin karena aku ndak mampu masuk dalam kehidupan mereka kali
ya. Awalnya aku sangat percaya terhadap mereka, tapi penolakan demi penolakan
bahkan kecuekan demi kecuekan menyadarkanku mereka belum percaya bahwa aku
sangat mempercayai mereka. Kecuali jika aku berkecukupan dalam segala hal,
mereka di dekatku. Yah seperti dalam film hindi, mulai tertanam dalam mindsetku
bahwa rasa percayaku itu “Impossible”. Tapi setelah perenungan yang panjang itu
hanyalah ketidak percayaan diriku dan ketidak mampuanku untuk masuk dalam
bagian mereka. Yah percaya terhadap diri juga point penting disini. Setidaknya
jika tidak seorangpun mempercayaimu, minimal dirimu percaya terhadap dirimu
sendiri. Dan berusaha tetap percaya terhadap orang-orang disekitarmu, karena
bagaimanapun ia adalah orang yang kau punya sekarang. Jika terkadang kau
dikecewakan, kau juga harus percaya suatu saat mereka yang akan membuatmu
merasa sangat bahagia. Apa yang mereka rasa adalah sama seperti yang kau
rasakan, hanya saja ada yang sepertimu terlalu memikirkannya tapi ada yang cuek
aja dengan rasa ini.
Dan
tolong percaya mereka mau menerimamu apa adanya, dan mau memperbaikimu untuk
jadi lebih baik. Jadi diharapkan untuk jangan berkamuflase saat kau menawarkan
sebuah hubungan. Kau akan kelelahan sendiri.
So,
sekarang kita semua sudah memegang kuncinya bukan? , Silahkan kembangkan
kualitas diri kalian sesuai dengan minat dan bakat kalian, suatu saat kita akan
bertemu dan aku percaya kita bisa jadi tim yang kokoh/ settle. Dan silahkan
direnungkan kutipan di bawah ini :
“ Berkhusnudhonlah bahwa saudaramu
berkhusnudhon padamu”
“Percayalah
padaku, maka aku akan mempercayaimu”
Fastaqim just for Lillah
Ukhtiy sholihah