Minggu, 24 Februari 2013

entahlah

Sejenak kurenungkan
sebersit kucoba memikirkan..
dan sepintas saja seribu tanya membayangkan dalam diri
Alasan demi alasan terlontar untuk menutupi salah diri menjadi pembenar
saat ku tak mampu bergabung dengan sekelompok orang, 
kukata aku belum mau membuka diri untuk mereka... itu mungkin hanya pembenar saja
Saatku merasa sendirian, dan diacuhkan, 
kukata aku memang sedang ingin sendiri... itu mungkin juga untuk pembenar saja
saatku lemah dan butuh dorongan, 
kukata aku baik2 saja dan yakin ini adalah yang terbaik.. itu juga pembenar saja agar tak nampak lemah

ada kalanya aku ingin terlhat tegar padahal rapuh
adakalanya aku ingin terlihat rapuh hanya skedar tuk dapatkan simpati

tapi dari itu semua tak sedikit aku kecewa.... , hati ini terlalu mudah tuk terluka...
bahkan terlalu sepele jika masuk dalam tataran kedewasaan... 

berkali ku dengar: "Jadilah dewasa dan kuat "
tapi masihku bertanya, apa indikator dari kedewasaan dan kekuatan.... 
aku hanya manusia biasssa sama seperti semua manusia.. ada kalanya menjadi kekanak-kanakan dan juga rapuh lemah tatkala sendiri berdiri....

Dewasa

aku tak mengerti....
diri begitu lemah....
aku tak peduli...
apa yang dikata orang dan difikir orang tentangku..
itu bohong...

dewasa, tak peduli usia berapa..
ketetapan hati...
mencari dan membasmi ruang kemunafikan dalam diri..

Rabu, 20 Februari 2013

Abdi Masyarakat

Mengabdi = menjadi abdi masyarakat

Masyarakat??? siapa sich dia kayake penting banget... rakyat indonesia, buruh tani, orang-orang miskin??? hanya itukah yang disebut masyarakat???

jawabannya apa? jawab sendiri ye... mahasiswa bagian dari masyarakat juga gak ya???

abdi sendiri bersinonim dengan budak, bawahan, anak buah, dll yang intinya menjadi pelayan gitu. sepakat ndak ini???

awal dari marakya pengabdian adalah karena adanya masalah yang ada di masyarakat yang membutuhkan kontribusi dari yang mau menjadi abdi tadi. yang kemudian memanggil jiwa-jiwa yang masih peka terhaadap kepentingan orang lain. berbagai lembaga , universitas selalu menyuarakan dan memfasilitasi adanya kegiatan pengabdian masyarakat dengan berbagai cara. Tapi satu hal yang menjadi catatan benarkah mereka hendak menjadi abdi atau hanya pura-pura menjadi abdi. beda pula yang menjadi abdi karena tuntutan atau kepedulian terhadap sesama... hasilnya pasti jauh berbeda. contoh langsung dari lapangan... catatan pasca KKN : lembaga yang mengadakan program ini terkesan nyata mwnjalankan program hanya untuk formalitas memenuhi proker lembaga. Mahasiswa sebagai pelaku nyata di lapangan, terkesan nyata mengejar nilai sehingga banyak yang ujung2nya berakhir pada " yaw udah yang penting programnya jalan" masalah nyampe/ngena ato tidaknya ya urusan kesekian yang penting laporan beres. Yang kemudian menjadikan hasil pengabdian juga hanya setumpuk kertas berisi laporan kegiatan dan penilaian juga berasal dari itu...

akhirnya tercipta persepsi yang salah dimasyarakat... mengabdi = memberi uang dan tidak berbekas...

Oh Tuhan kuharap apa yang telah kami lakukan berbekas meski hanya menambah satu kemajuan kecil di tempat kami mengabdi....



"Ketenangan dan kualitas diri"

Melanjutkan tulisan terdahulu tentang ketenangan. Siapa orang yang tak ingin menghadapi semua hal yang ia alami, semua rasa yang bergejolak dengan ketenangan. Oh ya tapi tentu semua sudah paham bahwa tenang amat berbeda dengan cuek yah. Tenang tercipta dari kedewasaan berfikir, hati yang penuh prasangka baik.. sedang cuek cenderung lebih tak peduli atau berlari dari kondisi itu yah semacam itulah...

Nasehat yang akan selalu kita dapatkan saat benturan demi benturan menghantam kekokohan diri, ketebalan dinding hati adalah ketenangan. Lalu apa hubungannya dengan kualitas diri. Apakah orang yang tenang berarti kualitas dirinya baik???
Jawabnya adalah :"Ya", kualitas diri seseorang untk menguasai dirinya sendiri, mengarahkan hati untuk tak berprasangka selain bahwa semua sudah ditetapkan sehingga tak ada sedikitpun keluhan yang keluar dari mulutnya. Tentu menyejukkan berada di sekitar orng-orang yang tenang, tak heboh dengan sesuatu yang remeh, tak terluka hanya karena situaasi tak mengusik kenyamanannya. apalagi jika diri kita yang mempunyai sikap dan sifat tersebut, alangkah bahagianya.

Lalu bagaimana kita dapat hal tersebut, berdsarkan riset observasi terhadap banyak orng yang kukenal ternyata ketenangan berbanding lurus dengan keimanan. Kog bisa???

Karena hanya orang yang memiliki kedekatan dengan yang Maha memiliki tentu tak pernah mengkhawatirkan dan lagi bahwa dalam firmanNya Alloh memerintahkan kita untuk mengingat-Nya agar hati kita tenang. Yah apa yang kita khawatirkan jika semua yang telah ditakdirkan adalah yang pasti terbaik bagi kita menurut pencipta qta yang pasti jauh lebih tahu tentang ciptaanNya.

So, bagi kawan yang ingin merasai ketenangan dalam hidupnya, Memiliki kualitas diri yang baik, dan dicinta Alloh serta ciptaan-Nya.. 
jangan lupakan dzikrulloh cukup itu saja... serambi berlatih melapangkan hati dan senantiasa husnudzon