Sabtu, 01 Oktober 2016

Teruntukmu.... "Ayah"

aku tak tahu apakah kau akan membaca ini, dan lebih banyak kemungkinan tidaknya karena bagimu blog adalah hal yang terlalu asing di usia senjamu.
Ayah kaulah laki-laki pertama yang kucintai, dan begitu seterusnya aku akan terus mencinta sepanjang hayatku...
Ayah, aku tahu tak banyak bisa memahami kasih sayangmu...
saat kau marah padaku saat aku pulang tak tepat waktu, ya besarnya kemarahanmu menandakan betapa besar kekhawatiranmu bukan???
maaf saat itu aku tak memahamimu, yang justru malah membuatku takut dan enggan dekat denganmu...
Ayah, aku yakin kau lebih memahamiku daripada diriku sendiri...
karenanya, jangan kecewa saat aku tak sering menanyakan kabarmu.
karena aku merasa bersalah tak sanggup berada di sampingmu menemani di usia senjamu
dan itu membuatku selalu menangis saat mendengar suaramu
Ayah, kini putrimu telah dewasa, iya anak ayah sekarang sudah besar...
yang kini mencoba memahamimu...
meski, kau memilih teman hidup baru sebagai pengganti ibu...
Kita sepakat bersama bahwa ibu, tidak pernah terganti bukan???
aku berusaha memahamimu, karena ini adalah sesuatu yang tak bisa aku bantah
tapi betapa teririsnya putrimu ini, saat kau hanya minum segelas teh yang kau buat sendiri untuk sarapanmu...
aku tak sanggup ayah....
Membayangkan dulu betapa ibu selalu menyiapkan sarapan lengkap tak lupa teh kesukaanmu bahkan saat ayah baru bangun....
aku tahu mencari istri seperti Ibu bukanlah hal yang mudah... itulah yang membuatku selalu ingin berlari pulang untuk disisimu...
tapi ayah, ada satu hal yang masih belum mampu kuatasi...
aku selalu sakit saat aku pulang, kehadiran wanita itu mengingatkanku kalau ibu telah pergi meninggalkanku...
aku tak mampu bersamanya, yang menemanimu... karena perutku tak sanggup memakan masakannya... kau tahu setiap kali pulang aku selalu harus mengatasi sakit yang tak terperi di ulu hati karena ia sengaja memasak makanan yang tak boleh aku makan...
itu yang membuatku ragu untuk berlari mendekat padamu ayah....
Ayah bagaimana caraku bisa berbakti padamu... aku belum mampu mengatasi rasaku dan kekhawatiranku...
Ayah, jujur ini tak mudah bagiku....
aku tahu waktuku tak banyak lagi tersisa, dan aku tak mau menyesal karena tak mengurusmu dengan baik.... doakan aku bisa lebih kuat dan bisa segera berlari padamu....
aku tahu segala kegelisahanmu adalah tentang anak-anakmu yah,
tapi ayah juga harus tahu anak-anak juga gelisah karenamu
Maaf jika kami harus berbeda dari anak tetangga yang lain...
yang bisa bangga karena mengenalkan terlebih dahulu calon pendampingnya dalam jangka yang lama sebelum pernikahan sehingga tak menyusahkan orang tuanya karena memberi kesempattan bersiap lebih lama...
Maaf jika kami memilih untuk belajar dulu, sehingga kami memerlukan waktu yang lama untuk bisa berbakti seperti anak tetangga....
tapi ayah, kami melakukannya karena kami ingin ,menjadi salah satu sebab engkau bisa memasuki jannah-Nya. karena kami tahu apa yang kami lakukan menjadi salah satu tanggung jawabmu kepadaNya...

Ayah terimakasih dan maaf
Tunggu aku, untuk bisa lebih berbakti kepadamu...
Semarang, 1 Muharam 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar