Jumat, 12 Agustus 2016

Merinduimu, Menyemangatiku...

Bersyukur kepada Allah, bibir mengucap hamdallah, cintanya kasihnya dia beri dengan tulus...

Mama, bunda, umi apapun namanya.

Aah Ibu sosoknya begitu terpatri di hati. Empat tahun lebih engkau meninggalkan kami, tapi aku tak merasa engkau tak disampingku. Betapa tidak, di setiap detik masa dulu ia menyertaiku. Beliau bangun dini hari, langsung memasak, menyiapkan teh hangat untuk ayahanda. Aku dan adikku yang harus berangkat sekolah pagi tak pernah keluar rumah dengan perut kosong. Meski dengan lauk yang seadanya. Pulang sekolah pasti sudah ada makanan baru di meja. Atau dulu waktu SD, seneng banget dapet buku baru aku langsung ke dapur mencari ibu dan langsung membaca ludes itu satu buku penuh. Yah sebagai bocoran, kalau ditanya siapa yg paling berjasa mengajariku baca tulis maka itu adalah ibuku, karena sblm tk pun aku sdh bisa membaca dan menulis. Lagu2 anak2 sdh diajari ibu juga. Aah baru sekarang aku sadar, betapa beruntungnya aku.

Dalam menyajikan makanan kami selalu makan bersama, satu telur dibagi menjadi 4, ayah dapet satu telur dan ibu? Ah aku kurang tahu beliau makan dengan apa, dan menyesal dulu tak bertanya. Bahkan hobbyku dulu adalah suka banget ngeroyok makan ibu. Karena asli enaknya beda makan sendiri dengan makan bareng ibu.

Ibuku tak pernah sekali pun mengucapkan kata-kata kasar kepadaku, bahkan senakal-nakalnya daku. Tapi gk nakal sih akunya. Nggak bakal berani sama bapak. Karena memang bapakku orangnya keras. Ya mungkin memang bermain peran dengan ibu.

Hmm, biar lebih jelas saya kenalkan dengan siapa sih ibu saya.

Namanya Siti Nurjannah berasal dari keluarga yang kental nuansa keagamaannya, beliau tidak berasal dari keluarga yang berpunya. Tapi beliau dengan semangat yang tinggi bisa berhasil sekolah PGA dengan biaya sendiri. PGA kalau sekarang setara SMA katanya tapi dulu lulusan itu bisa menjadi guru agama. Tapi ternyata takdirNya berkata beda, ibu harus mengalami kecelakaan dan nilai sekolah pun tidak begitu baik. Sehingga untuk menjadi guru tidak berjalan dengan mulus. Tapi beliau tak menyerah begitu saja, beliau mengikuti berbagai kursus dan memiliki banyak keahlian seperti memasak, menjahit, menganyam, dan masih banyak yang lainnya. Yah kata orang sih aku yang menuruni bakat ibu. :-)

Tapi aku kehilangan sebuah cerita tentang bagaimana akhirnya ibu memutuskan kerja merantau di Brebes dan satu kantor sama Bapak. Tapi begitulah takdir yang mempertemukan dua insan. Berdasar kisah Bapak, Bapak ini terkenal playboy... Hehe beda dengan artian sekarang ya... Maksudnya bapak ini banyak dikejar-kejar cewek, tapi setelah beberapa kali gagal serius, akhirnya bapak menemukan ibu. Yah ibu sebenernya tidak mau pacaran tapi bapak suka menggoda dengan memanas-manasi dengan sengaja berbicara dengan mantan pacat di depan ibu. Hihihi lucu bayanginnya. Tapi tak lama akhirnya ibu menikah dengan Bapak. Dan ibu ikut dengan Bapak. Pasti ini cukup berat buat ibu, karena yang saya tahu, keluarga bapak masih sangat jauh dari sentuhan agama. Harus bertoleransi dengan rumah yang memelihara anjing. Tapi atas dukungan bapak juga yang juga sudah mau memperdalam agama, akhirnya seperti sekarang, keluarga besar Bapak menjadi dekat dengan agama islam.



Aah masih banyak yang ingin diceritakan. Tapi sampai sini dulu ya... Yang pasti setiap kali aku rindu pasti aku akan bersemangat untuk mencontohnya kalau bisa harus lebih baik dari beliau. :-) 
Mah, kutitipkan salam untukmu lewat do'a-do'aku dan semoga kita bisa berkumpul bahagia di jannah-Nya kelak. Aamiiin. Always love you :-*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar