Senin, 24 Desember 2012

“Sudah Saatnyakah Konversi Insektisida Sintetis Dengan Bio Insektisida Menjadi Pilihan?”


Oleh Triya Kurniawati , Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat



“Banyak  nyamuk di rumahku, gara-gara kamuu jarang bersih-bersih.”
masih inget penggalan lagu anak-anak diatas???
Yap, tidak dahulu tidak sekarang nyamuk masih setia mengganggu kita. Nyamuk merupakan spesies dari arthropoda yang berperan sebagai vektor penyakit arthropod-born viral disease. Contoh spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit arthropod-born viral disease adalah Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti berperan sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue. Dewasa ini perkembangan nyamuk semakin meningkat.  Meningkatnya populasi ini disebabkan adanya resistensi nyamuk terhadap insektisida sintetis yang digunakan oleh kebanyakan masyarakat.
Resistensi akan mengakibatkan perubahan pada siklus nyamuk, meliputi perpanjangan masa hidup dan juga meningkatnya frekuensi bertelur nyamuk sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah populasi nyamuk.  Penggunaan insektisida pada masyarakat sangat banyak. Insektisida juga digunakan masyarakat dalam bentuk kemasan komersial untuk rumah tangga. Penggunaan jenis ini berkisar 0-7 kali per minggu, dengan rerata 5,3 kali, atau termasuk kategori sering, dan distribusinya mencapai 61,4% rumah tangga (Sayono dkk, 2012).
Di satu sisi lainnya, berbagai jenis insektisida alami telah dicari untuk mengatasi permasalahan ini. Beberapa diantaranya sereh, srikaya, dll. Menurut Ketaren (1985), minyak sereh wangi diketahui mengandung citronelal, geraniol dan citronelol, sedangkan minyak nilam tersusun atas komponen sesquiterpen dan patchouly alcohol. Senyawa citronelal berperan sebagai bahan insektisida yang bekerja sebagai antifeedant dan repellent (pengusir dan penghambat serangga. Dalam penelitian terbaru dinyatakan bahwa filtrat serai dapat digunakan sebagai cara alternatif untuk memberantas larva, pupa, dan nyamuk Aedes aegypti (Setyaningrum, 2007).
Akan tetapi, aplikasi penggunaan insektisida nabati di masyarakat masih sangat kurang dibandingkan dengan penggunaan insektisida sintetis. Hal tersebut merupakan hal yang sangat disayangkan mengingat dampak kesehatan yang akan semakin besar jika hal tersebut dibiarkan. Oleh karenanya mari lakukan konversi besar-besaran dari penggunaan insektisida sintetis ke insektisida nabati (bio insektisida), baik dari produsen insektisida, pemerintah dan masyarakat.
Produsen dapat mulai mengganti bahan aktif kimia diganti dengan bio insektisida yang telah terbukti efektif untuk membunuh nyamuk. Pemerintah dapat menyokong dengan kebijakan dan mensupport dana untuk keperluan konversi ini, agar bioinsektisida yang beredar mampu dijangkau oleh masyarakat. Masyarakat diharapkan mengambil peran aktif untuk memilih bioinsektisida dan meninggalkan insektisida sintetis.
Insektisida sintetis sudah tidak mampu lagi untuk membunuh nyamuk di kemudian hari akan tetapi dampak yang diakibatkan sangat besar. Mulai dari kerusakan lingkungan, penyakit baru akibat tumpukan insektisida dalam tubuh serta semakin ganasnya nyamuk dan banyak. Jadi akankah kita mau melihat anak cucu kita menerima dampak tersebut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar