Oleh Triya Kurniawati , Mahasiswa
Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat
“Banyak nyamuk di rumahku, gara-gara
kamuu jarang bersih-bersih.”
masih inget
penggalan lagu anak-anak diatas???
Yap, tidak dahulu tidak sekarang nyamuk masih setia
mengganggu kita. Nyamuk merupakan spesies dari arthropoda
yang berperan sebagai vektor penyakit arthropod-born viral disease.
Contoh spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit arthropod-born
viral disease adalah Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti berperan
sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue. Dewasa ini perkembangan nyamuk
semakin meningkat. Meningkatnya
populasi ini disebabkan adanya resistensi
nyamuk terhadap insektisida sintetis yang digunakan oleh kebanyakan masyarakat.
Resistensi
akan mengakibatkan perubahan pada siklus nyamuk, meliputi perpanjangan masa
hidup dan juga meningkatnya frekuensi bertelur nyamuk sehingga mengakibatkan
peningkatan jumlah populasi nyamuk. Penggunaan insektisida pada
masyarakat sangat banyak. Insektisida juga digunakan masyarakat dalam bentuk
kemasan komersial untuk rumah tangga. Penggunaan jenis ini berkisar 0-7 kali per minggu, dengan rerata 5,3 kali, atau
termasuk kategori sering, dan distribusinya mencapai 61,4% rumah tangga (Sayono
dkk, 2012).
Di satu sisi lainnya, berbagai jenis
insektisida alami telah dicari untuk mengatasi permasalahan ini. Beberapa diantaranya
sereh, srikaya, dll. Menurut Ketaren
(1985), minyak sereh wangi diketahui mengandung citronelal, geraniol dan
citronelol, sedangkan minyak nilam tersusun atas komponen sesquiterpen
dan patchouly alcohol. Senyawa citronelal berperan sebagai
bahan insektisida yang bekerja sebagai antifeedant dan repellent (pengusir
dan penghambat serangga. Dalam penelitian terbaru dinyatakan bahwa filtrat
serai dapat digunakan sebagai cara alternatif untuk memberantas larva, pupa,
dan nyamuk Aedes aegypti (Setyaningrum, 2007).
Akan
tetapi, aplikasi penggunaan insektisida nabati di masyarakat masih sangat
kurang dibandingkan dengan penggunaan insektisida sintetis. Hal tersebut
merupakan hal yang sangat disayangkan mengingat dampak kesehatan yang akan
semakin besar jika hal tersebut dibiarkan. Oleh
karenanya mari lakukan konversi besar-besaran dari penggunaan insektisida
sintetis ke insektisida nabati (bio insektisida), baik dari produsen
insektisida, pemerintah dan masyarakat.
Produsen dapat mulai mengganti bahan aktif kimia diganti
dengan bio insektisida yang telah terbukti efektif untuk membunuh nyamuk.
Pemerintah dapat menyokong dengan kebijakan dan mensupport dana untuk keperluan
konversi ini, agar bioinsektisida yang beredar mampu dijangkau oleh masyarakat.
Masyarakat diharapkan mengambil peran aktif untuk memilih bioinsektisida dan
meninggalkan insektisida sintetis.
Insektisida sintetis sudah tidak mampu lagi untuk
membunuh nyamuk di kemudian hari akan tetapi dampak yang diakibatkan sangat
besar. Mulai dari kerusakan lingkungan, penyakit baru akibat tumpukan
insektisida dalam tubuh serta semakin ganasnya nyamuk dan banyak. Jadi akankah
kita mau melihat anak cucu kita menerima dampak tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar